Sabtu, 14 Juli 2012

Novel: Negara Penjara Terbuka (Sebuah Kisah Tentang Palestina)






Sebuah peristiwa di atas panggung sejarah dunia dalam konteks apapun selalu menghadirkan satu dan banyak hal bagi peristiwa yang akan terjadi setelahnya. Dalam hal ini, berlaku pada perjalanan sebuah bangsa yang sampai buku ini ditulis masih berada dalam cengkeraman kolonialisme bercorak ethnic cleansing, yang dipraktekkan oleh Zionisme. Palestina.

sebuah wilayah yang luasnya tidak seberapa dibanding luas wilayah Jawa Barat di Indonesia itu, berulang kali menjadi poros perhatian utama dunia; bermula dari zaman Ibrahim A.S, sampai kepada Musa A.S, kelahiran 'Isa A.S, pendudukan Kekaisaran Romawi, Isar' Mi'raj Nabi Muhammad SAW, saman kekhalifahan Umar Al-Farouq r.a, Perang Salib, Khalifah Utsmaniyah, sampai Perang Dunia I dan II mempunyai andil yang tidak sedikit terhadap dideklarasikannya sebuah judenstaat di Palestina pada tahun 1948.

Zaman silih berganti, juga kemajuan teknologi, namun hal tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap bangsa Palestina. Bahkan di abad XXI ini pun sementara informasi dengan mudahnya diperoleh tanpa harus menghamba kepada radio dan televisi tidak ada perubahan berarti terhadap keberadaan bangsa itu.

Perang yang berlangsung dan terlewatkan, semata-mata bukanlah perang militer, politik, ataupun agama saja. Ini adalah bab-bab kelam dari peperangan antara dua kekuatan yang selalu berlawanan: Kebaikan melawan Keburukan (Kejahatan).

Hamas dengan ideologi Islam yang dipegangnya, tidak berarti terlepas dari kesalahan. Begitu juga pada kubu sebaliknya, Israel, tidak melulu bisa dikatakan "membela diri". Kita sebagai bagian dari masyarakat dunia juga mempunyai kesalahan yang telah membiarkan berkibarnya bendera Zionisme.

Semua ini disadari benar oleh tokoh Satrio. Juga tokoh-tokoh yang bermunculan kemudian. begitu kompleksnya permasalahan yang mendera Palestina, ternyata mungkin saja dapat diuraikan dan diselesaikan dengan satu kata sederhana: kebersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar