Rabu, 16 Maret 2011

Sebuah Tajuk

Written and picture captured by Tomy Purnomo Sidi
visit http://monkeyplan.wordpress.com/2011/03/17/a-header/ for english version


Perjuangan adalah membela dan mempertahankan. Meyakini dan mempelajari. Mencintai dan menciptakan. Sebuah proses dari pola pikir dan usaha untuk melakukan sesuatu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang berguna dan memiliki nilai manfaat. Itulah sebuah karya. Karya adalah juga merupakan bentuk dari perjuangan. Apa pun itu bentuknya.

Setiap dari kita melakukan proses berkarya. Setiap dari kita. Bukan kita dalam arti yang sempit di dalam sebuah kotak spesies, namun lebih dari itu. Pohon yang berguguran daunnya, kemudian jatuh ke tanah. Lalu pelapukan dimulai. Tanah menyerap sari-sari dari tahap terakhir penguraian. Akar mendapatkan makanan. Lalu, bunga-bungan pun bermunculan. Kemudian lebah dan burung kolibri berdatangan mengambil nektar darinya. Serbuk sari dari sang bunga bertebaran dengan bantuan mereka. Kemudian angin datang, menerpa sang pohon dan bunga-bunganya.

Bagi bunga yang kuat bertahan, mereka akan terus mekar untuk selanjutnya layu dan meninggalkan putik tanpa mahkotanya yang indah. Akar terus menyalurkan kebutuhan sang pohon akan makanan. Proses ini berlangsung terus selama sang pohon masih menancapkan akarnya ke tanah. Tidak terasa, putik telah menjadi buah. Kini tiba saatnya untuk gerombolan kera mengambil tempat dalam proses simbiosis berantai yang demikian kompleks ini. Buah yang telah matang dimakan oleh para kera, sebagian ada yang berjatuhan karena keributan kecil di antara mereka. Di kesempatan yang lain, kelelawar datang mengambil giliran untuk menikmati daging buah yang matang. Tidak semuanya mereka makan, bijinya pun tertinggal. Jatuh ke tanah. Sementara itu, buah yang terjatuh melanjutkan perjalanannya sendiri. Membusuk di atas permukaan tanah. Habis sudah, hanya bagian bijinya yang tersisa.

Sementara gerombolan kera pergi menuju ke tempat lain yang masih memiliki pohon berbuah sebagai sumber makanan mereka, Sisa dari buah yang tidak mereka makan berceceran di lantai hutan. Biji. Hujan dan tanah yang lembab kemudian membantu mereka untuk mengeluarkan akar. Terus menancap ke dalam. Dan biji pun mengganti rupanya menjadi kecambah, calon bibit, dengan tunas yang hijau muda menjuntai lemah. Biji pun perlahan menyusut sementara tunas semakin terlihat bentuknya. Daun. Melebar dan terus bertambah jumlahnya. Batang pun tidak tinggal diam. Mereka, daun dan batang, tumbuh bersamaan dengan selarasnya. Batang terus membesar, daun pun semakin banyak saja. Begitu seterusnya.

Tetapi, bagaimana bila sang pohon mati akibat lingkungannya mengering?
Apa yang terjadi setelah itu?


Inilah peraturan alam. Proses penciptaan yang terus saja bergulir dengan ritme yang indah. Ada kematian, ada kehidupan. Terang, kegelapan. Awal, akhir. Hangat, dingin. Setiap komponen pendukung kehidupan semuanya berpasangan. Ketiadaan satu bagian dari pasangan-pasangan ini, maka kekacauan akan timbul selama komponen yang hilang belum tergantikan. Setiap fase mempunyai kisahnya sendiri, yang sangat menarik untuk dikaji dan direnungkan.

Proses regulasi alam, berlaku juga kepada manusia dengan caranya yang berbeda. Perubahan, juga adalah sebuah karya. Hasilnya adalah sebuah usaha untuk mewujudkan harapan. Revolusi. Pergerakan. Protes. Teguran adalah sebuah nasihat yang terang dari sebuah ketidakpuasaan akan keadaan yang bergulir. Disinilah letak keistimewaan manusia, yang berhak memilih dan melakukan perubahan akan apa yang tidak dikehendaki dan bertentangan dengannya. Pemerintahan, dalam sistem politik apapun, hakikatnya adalah kedudukan yang rendah. Karena mereka sebenarnya adalah para pelayan negara untuk rakyat. Para ahli ilmu bukanlah pujaan dan tidak memiliki hak untuk mendikte hidup seseorang. Tugas mereka adalah sebagai contoh dan guru yang bijak untuk manusia lain yang belum mencapai tingkat keilmuan seperti mereka.

Tidak selamanya pula manusia yang menuruti kehendaknya mendapatkan sesuatu persis seperti apa yang diharapkannya. Maka dari itulah, air mata ada. Kekecawaan, amarah, kekesalan. Luapan emosi yang meledak-ledak, atau malah keputusasaan. Akan tetapi, disinilah letak proses pembelajaran yang agung sebenarnya. Manusia dihadapkan kepada kegagalan agar ia mendapatkan hasil berupa ilmu pantang menyerah, semangat untuk berlari lebih cepat dengan berbekal pengalaman pernah terjatuh. Karena terjatuh tidak selalu menjadi hal yang buruk, meskipun keburukanlah yang menjadi penyebabnya. Kegagalan adalah juga merupakan sebuah karya. Karya yang mengandung nilai lain yang berharga dengan caranya sendiri.

Aliran waktu saat ini terasa semakin cepat, karena peradaban manusia yang melaju pesat. Efisiensi seharusnya teraplikasi dalam tahap ini. Pola pikir terus berkembang menggerakkan arah hidup manusia. Di saat seperti inilah keselarasan patut diutamakan. Penyelarasan langkah kemajuan peradaban dengan alur kebudayaan yang telah lebih dulu ada. Karena peradaban dan kebudayaan bukanlah satu hal yang terpisah. Mereka juga merupakan pasangan yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bagian yang lain.  Material dan immaterial.

Manusia dapat menjadi apa yang mereka inginkan. Walaupun begitu, ada banyak pelajaran yang harus diraihnya sebagai pedoman untuk menuju ke arah mana ia berjalan. Dan hasil dari proses berkarya seorang manusia berada pada akhir langkahnya. Langkah itu adalah kehidupan. Kehidupan adalah perjuangan. Dan hanya ada dua hal sebagai hasil akhir untuk sebuah perjuangan; mati dan terlupa dengan percuma, atau menjadi sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan materi apa pun itu namanya.

2 komentar:

  1. ne hasil karyamu tom??
    keren,,,
    terus berkarya y....
    kt tunggu karya selanjutnya

    BalasHapus
  2. iya mba ari, hehe...
    mohon maaf kalo ada yang kelebihan atau masih banyak kurangnya...

    pencerahan.. ada hasilnya juga tinggal deket hutan, hahaha...

    BalasHapus